Keindahan
adalah suatu hal yang membuat manusia kagum, itu bisa terjadi karena keindahan
yang dapat dilihat maupun didengarkan. Keindahan diciptakan untuk memenuhi
kehidupan manusia. Dan keindahan itulah diciptakan oleh manusia. Manusia sangat
memperhatikan keindahan dari cara berpakaian, cara berbicara, cara berjalan,
cara bergaya, dan lain - lain. Keindahan juga bisa diciptakan dengan oleh
manusia melalui kegiatan seperti melukis, bernyanyi, dan memainkan alat musik.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak
dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian
dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang
ideal” adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan
dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Menurut
The Liang Gie dalam bukunya “Garis besar estetika”. Menurut asal katanya, dalam
bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful” dalam bahasa
Perancis–”beau”, sedang Italia dan spanyol “belld’ berasal dari kata latin
“bellum”. Akar katanya adalah “bonum” yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai
bentuk’ pengecilan menjadi “bonellum” dan terakhir diperpendek sehingga ditulis
“bellum.
Dalam buku AN Essay on Man
(1954), Ems Cassirer mengatakan bahwa arti keindahan tidak bisa pemah selesai
diperdebatkan. Meskipun demikian, kita dapat menggunakan kata-kata penyair
romantik John Keats (1795-1821) sebagai pegangan. Dalam Endymion dia berkata :
A thing of
beuty is a joy forever
its
loveliness iscreases; it wil never pass into nothingness
Dia mengatakan, bahwa sesuatu
yang indah adalah keriangan selama lamanya, kemolekannya bertambah, dan tidak
pemah berlalu ke ketiadaan. Dalam sajak di atas, Keats mengambil bahannya dari
Endymion yang terdapat dalam mitologi Yunani kuno. Endymion dalam mitologi itu
sendiri mempakan penjabaran dari konsep keindahan pada jaman Yunani kuno.
Menurut mitologi Yunani ini, Endymion adalah seorang gembala yang oleh pars
dewa diberi keindahan abadi. Dia selalu muda, selamanya tidur, dan tidak pemah
diganggu oleh siapapun. Menurut Keats, orang yang mempunyai konsep keindahan
hanya tertentu jurnlahnya. Mereka mempunyai negatif capability, yaitu kemampuan
untuk selalu dalam keadaan ragu-ragu, tidak menentu dan misterius tanpa
mengganggu keseimbangan jiwa dan tindakannya hanya pikiran dan hatinya yang
selalu diliputi keresahan.
Mengenai keindahan, Coleridge
mengutip Shakespeare (1564-1616) dalam karyanya midsummer; night: Thing base
and vile holding no quality/ love can transpose to form and dignity”, yaitu
sesuat yang rendah dan tidak menpunyai nilai, dapat berubah dan menjadi
berarti. Inilah yang menggelisahkan Coleridge. Dia menggunakan tembakau sebagai
contoh: karena kekuatan kebiasaanlah, maka tembakau yang sebenamya tidak enak
dapat menjadi nikmat. Perubahan ini dapat mempenganilhi imajinasi: dengan
merasakan nikmatnya tembakau maka dalam angan-angan seseorang, segala sesuatu
yang berhubungan dengan tembakau dapat menjadi indah.
Kegelisahan Coleridge ini
tercermin dalam “Frost at midnight (1798), sebuah sanjak mengenai salju tipis
yang tunin di tengah malam. Salju inilah yang baginya merupakan hal sesaat.
Jatuhnya salju ini mengingatkan Coleridge pada dusunnya yang penuh sesak orang.
Disini proses imajinasinya mulai tumbuh. Keindahan adalah sublimasi yang
terjadi karena kebebasan menyendiri dan hikmah ketidakberdosaan.
Selanjutnya Keats membedakan
antara orang biasa dan seniman, dan antara seniman biasa dan seniman yang baik
yang dapat mencipta sesuatu yang indah menurut dia. Pada sesuatu kesempatan is
melihat lukisan “Death on the Pale Horse”, karya pelukis West, misalnya, yaitu
mengenai seseorang yang coati di atas kuda yang pucat, dia langsung berpendapat
bahwa West bukanlah seniman yang baik. Menurut Keats, West tidak mempunyai
cukup negative capability.
Pada hakekatnya negative
capability adalah suatu proses. Keraguan, ketidaktentuan dan misteri adalah
suatu proses. Proses inilah yang membuat seseorang menjadi kreatif.
Ada persamaan hakiki antara
J.Keats dan Coleridge dalarn menanggapi hal-hal sesaat. Bagi mereka hal-hal
sesaat adalah pelatuk yang meledakkan imajinasi dan imajinasi ini langsung
membentuk keindahan.
Kata benda
Yunani klasik untuk “keindahan ” adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk
“indah” itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος,
hōraios,kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti “jam.”
Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan “berada di jam
(waktu) yang sepatutnya.”
Keindahan
alam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang
didalamnya tercakup pula kebaikan. Bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam
arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan
penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi
pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi : keindahan seni, keindahan alam,
keindahan moral dan keindahan intelektual.
Menurut
luasnya pengertian keindahan dibedakan menjadi 3, yaitu :
1.
Keindahan dalam arti luas, menurut
Aristoteles keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
2.
Keindahan dalam arti estetik murni,
yaitu pengalaman estetik seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3.
Keindahan dalam arti terbatas, yaitu
yang menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan yakni berupa
keindahan bentuk dan warna
Ada
2 nilai yang penting dalam Keindahan :
1. Nilai
ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu untuk sesuatu
hal. Contohnya tarian yang disebut halus dan kasar.
2. Nilai
intrinsik yakni sifat baik yang terkandung di dalam atau apa yang merupakan
tujuan dari sifat baik tersebut. Contohnya pesan yang akan disampaikan dalam
suatu tarian.
Teori estetika keindahan menurut
Jean M. Filo dalam bukunya “Current Concepts of Art” dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar, yaitu :
1. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan itu bersifat subjektif adanya, yakni karena
manusianya menciptakan penilaian indah dan kurang indah dalam pikirannya
sendiri.
2. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan bersifat objektif adanya, yakni karena
keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada suatu objek.
3. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan itu merupakan pertemuan antara yang subjektif
dan yang objektif, artinya kualitas keindahan itu baru ada apabila terjadi
pertemuan antara subjek manusia dan objek substansi.
Ada tiga hal yang nyata ketika
seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu indah, apabila ada keutuhan (Integrity)
ada keselarasan (Harmony) serta kejelasan (Clearity) pada objek tersebut. Ini
biasanya disebut sebagai hukum keindahan. Keindahan tidak dapat terlepas dalam
kehidupan kita. Suatu yang indah membuat senang sehingga keindahan itu bersifat
positif bagi kehidupan. Selain itu diperlukan kita menciptakan suatu keindahan
yang baru. Karena manusia diciptakan dengan akal pikir. Seperti Allah SWT menciptakan
alam semesta ini untuk kita jaga keindahan tanpa merusaknya. Jadi kita perlu menjaga keindahan yang ada
disekitar kita serta membuat
keindahan-keindahan yang baru sehingga membuat hidup kita semakin berwarna.
Sumber: