Sukses Bukan Sekedar IPK Tinggi

Jumat, 05 Juni 2015

Dunia semakin membutuhkan manusia-manusia kreatif, proaktif, dan berintegritas. Karena itu, para lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki kompetensi tersebut sehingga Indonesia mampu bersaing di tingkat internasional. Tuntutan kompetensi itu menyangkut aspek teknis atau hard skilldan non-teknis atau soft skill.
Survei National Association of College and Employee (NACE) di Amerika Serikat pada 2002 mengungkapkan fakta mengejutkan. Dari 20 kriteria penting seorang juara, indikator "IPK tinggi" hanya menempati urutan ke-17. Ternyata, menurut survei tersebut, indikator terpenting dari seorang juara adalah kemampuan komunikasi, integritas, kerja sama, dan etika.
Tak hanya itu. Bahkan, hasil penelitian Universitas Harvardmenunjukkan bahwa kesuksesan seseorang tidak semata ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi juga keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). 
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa hard skill hanya menentukan 20 persen kesuksesan sesorang. Adapun sisa 80 persennya ditentukan oleh kemampuan soft skill
Sementara itu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa saat mengawali kariernya para lulusan perguruan tinggi kerap menemui kesulitan beradaptasi dengan lingkungan kerja. Selain masalah aplikasi teori perkuliahan dalam praktik kerja, mereka juga bergelut dengan masalah komunikasi intrapersonal. Alhasil, motivasi kerja menurun dan penurunan kualitas kerja bisa saja terjadi.
Peran penting perguruan tinggi
Perguruan tinggi seyogianya mampu mengambil peran sebagai jembatan antara pendidikan dan dunia kerja. Sebagai pemasok utama SDM siap kerja, mereka harus mulai menyinergikan kebutuhan aspek teknis dan non-teknis dalam kurikulum pembelajaran.
Agustinus Nicolaas Hillebrandes Oroh atau Nico, Head ofUndergraduate Program of Marketing di Fakultas Business Binus International, kepada Kompas.com, Rabu (22/4/2015), di kantornya, memaparkan pentingnya pengembangan aspek non-teknis dalam pembelajaran di perguruan tinggi. 
"Misi kita melatih mahasiswa untuk menjadi decision maker dan entrepreneurs sehingga mereka punya kualitas untuk masuk ke top management level, misalnya CEO, president director, dan lain-lain," tutur Nico. 
Karena itu, lanjut Nico, semakin tinggi posisi seseorang dalam piramida organisasi, semakin tinggi pula tuntutansoft skill-nya. Pada posisi manajerial, dia harus berinteraksi dengan banyak orang, mengambil keputusan penting, mengendalikan bawahan, kerja sama tim, juga menentukan prioritas. 
"Di posisi itu, dia dituntut mampu mengelola berbagai keadaan dan orang-orang dengan berbagai karakter dan kepribadian. Saat itulah soft skill-nya diuji," tutur Nico. 
Nico menambahkan, dalam menjembatani kebutuhan dunia kerja, perguruan tinggi wajib memiliki rancangan kurikulum yang mengedepankan penggunaan teori.
"Di program S-1, kami punya mata kuliah wajib, yaitu BusinessSimulation. Di situ mahasiswa diajarkan bagaimana memakai ilmu yang dipelajari. Bentuknya case study menggunakan internet dan ada lisensinya," kata Nico.
Mata kuliah Business Simulation terintegrasi dengan semua program di Binus International. Perkuliahan untuk program S-2 bahkan lebih banyak membahas tentang aplikasi teori yang sedang diajarkan.
"Kadang kita mendiskusikan tentang bagaimana mengaplikasikannya di situasi perusahaan dia. Dosen malah jadi konsultan gratis," ujarnya. 
Nico berharap, para mahasiswa mengerti cara mengaplikasikan ilmu dalam dunia kerja sehingga prospek karirrnya kian gemilang. 

Pengenalan dunia kerja

Sudah saatnya perguruan tinggi mengelola secara maksimal program magang untuk para mahasiswanya. Ketika magang di suatu perusahaan, pihak kampus harus memastikan para mahasiswa ditempatkan sesuai spesifikasi jurusan.
"Jangan sampai hanya jadi tukang fotokopi," katanya. 
Menghindari hal itu, lanjut Nico, sebelum mahasiswa terjun magang di perusahaan ada standar of procedure (SOP) yang wajib dipatuhi. Ada kesepakatan tertulis antara pihak universitas dan perusahaan tentang di mana dan apa yang akan dikerjakan oleh mahasiswa selama proses magang. 
"Misalnya, saat kita bekerja sama dengan universitas di Belanda, mereka memberikan daftar perusahaan. Lalu, kita buat daftar jobdesk untuk mahasiswa magang kita di sana," ujarnya. 
Menurut dia, hal tersebut mutlak perlu dilakukan agar mahasiswa dapat menggali semua pengalaman tentang dunia kerja selama magang. 
"Mereka harus keliling departemen supaya mengerti cara dan teknik kerja, etika, dan cara berkomunikasi dalam tim. Jadi, nanti ketika lulus, mereka tahu kerja itu sebenarnya gimana," ujarnya.
sumber:
http://edukasi.kompas.com/read/2015/05/05/17563561/Ingat.Sukses.Bukan.Sekadar.IPK.Tinggi.


Rahasia Sukses Jepang Bangun Kekuatan Ekonomi Dunia

Hingga tahun 749, Kyoto merupakan ibu kota sekaligus pusat kebudayaan Jepang. Kyoto menjadi tempat lahirnya banyak industri, mulai industri tradisional sampai cikal bakal industri modern. Kebanyakan dari industri itu terus bertahan hingga kini.
Awal lahirnya modernisasi Jepang mencuat pada masa Restorasi Meiji. Ibu kota pun akhirnya ke Tokyo. Kereta api, kapal uap, telegram, dan beragam teknologi baru segera diborong darinegara barat dan diberi sentuhan bergaya Jepang. 
Tak hanya itu. Lebih dari 3.000 orang Eropa dan Amerika juga didatangkan sebagai tenaga pengajar. Sejak saat itulah, industrimanufaktur menjamur di seluruh wilayah Jepang. Pengembangan teknologi kian pesat, mulai konsep sederhana mesin pemintal otomatis, hingga sukses merangkai kendaraan beroda empat.
Industri-industri itu kemudian menjadi penyokong perekonomian Jepang hingga kini. Bahkan, pada 2008 industri Jepang mampu mengalahkan Amerika Serikat sebagai negara industri terbaik di dunia.
Adidaya ekonomi Jepang
Perekonomian Jepang merupakan yang terbesar nomor dua di dunia setelah AS. Negeri sakura ini juga pernah tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat sepanjang sejarah dunia. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Jepang mencapai sekitar 4,5 triliun dollar AS.
Pada 2006, sebanyak 326 perusahaan Jepang masuk dalam daftarForbes Global 2000. Angka ini mencapai 16,3 persen dari 2000 perusahaan publik terkemuka di dunia.
Lalu, apa resep keberhasilan mereka? 
Masyarakat Jepang memiliki filosofi "Monozukuri" yang telah berakar selama satu milenium. Berbekal filosofi ini, Jepang berhasil melahirkan berbagai inovasi sistem teknologi pendukung industri. Apa itu Monozukuri?
Secara etimologis, Monozukuri berasal dari kata "mono" yang berarti produk atau barang dan "zukuri" yang berarti proses pembuatan, penciptaan atau produksi (manufaktur). Namun, secara harfiah, maknanya tak sesederhana itu.
Monozukuri berarti memiliki semangat menciptakan dan memproduksi produk-produk unggul, diimbangi kemampuan untuk terus menyempurnakan proses dan sistem produksi di dalamnya. Filosofi ini menekankan proses produksi yang penuh ketelitian, ketangguhan, dan kesungguhan.
www.shutterstock.comPara pekerja di pasar ikan Tsukiji fish di Tokyo, Jepang sedang melakukan pengecekan produk makanan sebelum mengantarkannya ke pelanggan.

Menghidupkan filosofi Monozukuri
Kualitas suatu produk ditentukan oleh harga, desain, pengaruh merek terhadap konsumen, proses, dan biaya produksi. Namun, lebih dari itu, Monozukuri juga menuntut kinerja maksimal pada proses produksi, baik dari segi biaya, tingkat cacat produk atau defect rate, estimasi waktu produksi, dan pengembangan teknologi pendukung. 
Belajar dari sistem produksi massal gaya barat yang montok, berat, dan panjang, Jepang kemudian berhasil menemukan sistem produksi yang lebih kompetitif. Yaitu, komitmen untuk melakukan kontrol terhadap kualitas saat proses produksi sehingga memicu perbaikan produk.

Dalam industri manufaktur otomotif, pemborosan dalam proses produksi bisa ditekan dengan konsep Toyota Production System (TPS) seperti yang dilakukan oleh PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Salah satu konsep dalam TPS ini yaitu, efisiensi proses produksi menggunakan pilar just in time (JIT). JIT berarti, PT TMMIN hanya memproduksi sejumlah produk sesuai permintaan dan pada saat produk itu diminta.
Industri manufaktur lain seperti PT Epson Indonesia menerapkan Monozukuri dalam penggunaan teknologi hemat energi, waktu, dan tenaga kerja. Epson juga mengurangi ukuran dan berat produk, menurunkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan memberikan presisi dan akurasi luar biasa.
Konsep Monozukuri juga telah membuat Toraya Confectionary, perusahaan pembuat makanan tradisional khas Jepang, bertahan selama 400 tahun. Padahal, pengelolaannya dilakukan secara turun-temurun.

Prinsip Toraya dalam membuat kue adalah menyenangkan konsumen, bukan hanya keuntungan semata. Mereka beranggapan, jika konsumen senang, omzet pun secara otomatis mengikuti.
Contoh nyata lain adalah keberhasilan Rustono, seorang WNI asal Grobogan Jawa Tengah dalam membangun pabrik tempe di Kyoto, Jepang. Untuk memperoleh izin produksi, dia harus lulus tes laboratorium, bertanggung jawab atas kualitas kandungan bahan produksi, dan mematuhi peraturan daur ulang kemasan. Ini membuktikan, Jepang sangat peduli dengan kualitas dari awal pembuatan sampai akhir penggunaan produk oleh konsumen.
Di Indonesia sendiri, keanekaragaman produk tradisional dan industrinya tak kalah bersaing dengan Jepang. Namun, kelemahan Indonesia adalah kurang bersungguh-sungguh dalam menyulap produk menjadi sesuatu bernilai tinggi.
Padahal, jika diterapkan dengan baik, Monozukuri dapat menghidupkan industri-industri kecil dan menengah di Indonesia. Harapannya, dengan Monozukuri, perekonomian Indonesia pun semakin mantap karena disokong oleh industri-industri yang tumbuh sehat.
Sumber:
http://edukasi.kompas.com/read/2015/05/28/13262531/Ini.Dia.Rahasia.Sukses.Jepang.Bangun.Kekuatan.Ekonomi.Dunia.

Kurang Istirahat Dapat Mempengaruhi Orang Mudah Marah

Kurang tidur dan kelelahan bisa mengubah "kepribadian" seseorang menjadi mudah marah dan lebih menyebalkan. Sebenarnya mengapa hal tersebut terjadi?

Dalam Journal of Applied Social Psychology, para peneliti menjelaskan bahwa kurang tidur akan menyebabkan kontrol diri dan kemampuan berpikir jernih berkurang. Selain itu, kurang tidur juga akan mengurangi kemampuan tubuh menghadapi stres.

Makin sedikit waktu istirahat, makin sulit bagi Anda untuk menilai mana yang benar dan salah. Tak heran jika orang yang sering kurang tidur menjadi lebih rentan depresi. 

Saat kurang tidur, proses berpikir, mengingat, dan belajar menjadi terganggu. Hal ini akan menyebabkan suasana hati seseorang menjadi kacau sehingga perilaku yang muncul jadi mudah tersinggung. Mereka juga menjadi sulit membuat keputusan.

"Saat tidur, tubuh sebenarnya sedang menabung energi. Pada level sel, terjadi proses perbaikan. Jika proses itu terganggu, kita tidak dapat melakukan hal yang kita inginkan, baik secara fisik maupun mental," kata Barry Krakow, pakar tidur.

Menurut Direktur Medis Sleep Medicine Center Martha Jefferson Hospital Christopher Winter, penelitian  menunjukkan adanya peningkatan aktivitas amigdala saat waktu tidur berkurang. Amigdala adalah bagian otak yang mengatur emosi, seperti rasa marah. 

"Cara otak berkomunikasi dengan amigdala setelah kurang tidur dalam jangka panjang bukan hanya mendorong munculnya emosi negatif, tapi juga membuat kita tak mampu mengendalikan perasaan buruk," kataWinter.

Pada anak-anak, kurang tidur juga akan mengganggu kontrol mereka terhadap emosi dan sifat impulsif. Anak-anak yang kelelahan dan kurang tidur pada umumnya lebih sering mengamuk (tantrum) dibandingkan dengan anak yang cukup tidur.
Sumber: 
http://health.kompas.com/read/2013/07/31/1520204/Mengapa.Kurang.Tidur.Bikin.Orang.Mudah.Marah.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS