CONTOH KARYA TULIS ILMIAH ” DAMPAK
PEMANASAN GLOBAL ”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya tulis dengan judul Pengaruh Pemanasan Global Pada
Kehidupan di Dunia ini adalah untuk mengetahui seberapa besar bahaya yang
mengancam akibat global warming ini. Banyak sekali orang-orang yang melakukan
hal yang menyebabkan global warming, entah mereka tidak tahu, atau mereka tahu
tetapi dibiarkan saja. Karena itu penulis membuat karya tulis ini dengan tujuan
mengingatkan bahaya pemanasan global yang boleh dibilang tidak lama lagi akan
mencapai puncaknya.
Menurut penulis, pemanasan global sudah cukup parah untuk saat
ini, dan akan memperparah jika tidak ada usaha untuk diperlambat. Sedangkan
kenyataannya kita sekarang malah memperparah keaadaan dengan cara seperti
menambah jumlah emisi gas kendaraan bermotor yang mengeluarkan banyak CO2,
memakai hairspray yang mengandung aerosol, dsb.
Harapan penulis, pemanasan global bisa dicegah se-maksimal
mungkin dengan cara, salah satunya mungkin kita semua bisa mengurangi pemakaian
kendaraan bermotor dan lebih memilih memakai sepeda, karena selain berolahraga,
menggunakan sepeda juga tidak menyebabkan pemanasan global. Tetapi pada
kenyataannya, hal seperti itu sangat sulit untuk diwujudkan. Mengingat
keegoisan kita sendiri yang mementingkan kepentingan pribadinya masing-masing,
misalnya tidak mau berkeringat saat sampai di sekolah, atau bisa kepanasan saat
dijalan, malah ada juga yang mungkin berpikiran nanti tatanan rambutnya rusak
jika naik sepeda. Oleh karena itu mungkin kita harus berpikir dalam-dalam dan
berusaha se-maksimal mungkin untuk memperlambat pemanasan global, dengan cara
yang tidak terlalu rumit, tetapi berarti untuk bumi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul masalah:
1. Apakah pemanasan global itu?
2. Apakah bahaya dan pengaruh pemanasan global itu?
3. Bagaimana cara mengendalikan pemanasan global?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar kita mengetahui apa itu pemanasan global?
2. Agar kita dapat mengetahui bahaya dan pengaruh akibat
terjadinya pemanasan global.
3.Kita sebagai manusia yang masih membutuhkan bumi ini dapat
berpikir keras cara memperlambat pemanasan global dan mengatasi kerusakan parah
akibat pemanasan global.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Agar kita sebagai siswa terpelajar bias mengatasi dan mengetahui pemnasan
gelobal dan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
2. Bagi masyarakat
Kita sebagai masyarakat Indonesia bias mengetagui apa itu
pemanasan gelobal dan bisa menanggulangi bagaimana cara untuk menangani dan
mencega pemanasan gelobal. Sehingga kita tidak mendapat kan kerugian dari
pemanasan gelobal.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Penulis memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan Karya
Ilmiah ini, penulis melakukan kajian pustaka, membagikan kuisioner,study tour
ke LAPAN dan melakukan browsing internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi
telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan
temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas
manusia” melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional
dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak
setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan
suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara
tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang,
serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar
penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air
laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas
panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah
mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan
bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan
bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi
perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang
harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau
untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar
pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi
Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
2.2. Penyebab Utama Pemanasan Global
1. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari
Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah
dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah
gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut
berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala
makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat
dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya
telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca[3] (tanpanya suhu bumi
hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi
sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer,
pemanasan global menjadi akibatnya.
2. Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi
oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang
menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan
akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya
suatu kesetimbangan konsentrasi uap air.
3. Radiasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari,
dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi
kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan
pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan
memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun
1960,[8] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor
utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun
1970-an.) Fenomena radiasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung
berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga
tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[9][10]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi
Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke
University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap
45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan
sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan
bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan
terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka
juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat
juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan
dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun,
sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
2.3. Dampak Pemanasan Global
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola
presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global.
Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan
mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut,
pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah
bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih
dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam
hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air
yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh
lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga
keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Badai akan menjadi
lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya
beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup
lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Tinggi muka laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan
lingkungan yang stabil secara geologi. Saat atmosfer menghangat, lapisan
permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan
menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di
kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9
– 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di
daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah
Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan
separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
3. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat
keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di
lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika
mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi
dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju)
musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum
puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Hewan dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar
dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke
atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah
baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke
utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Kesehatan manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak
orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit
yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk
dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat
berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45
persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh
nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen
jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat
menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis.
Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit
pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold
dan serbuk sari.
2.4 Pengendalian Pemanasan Global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen
per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini
tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang
ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah
untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah
pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya
air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk
pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat,
dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur)
habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara.
Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini
untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya
gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan
menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini
disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi
gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di
udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi.
Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida
yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam
kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang
mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali
karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain,
seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung.
Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak
untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil
Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah
seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah
dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana
karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan
diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran
bahan bakar fosil. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia
sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini
sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang
dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun
demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi
pelepasan karbondioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena
alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas
karbondioksida sama sekali.
2. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan
pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de
Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca
dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang
mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih
kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada
38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam
melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di
bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun
2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan
yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah
tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras,
berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian
besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan
emisi gas.
2.5 Mengukur Pemanasan Global
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan
bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur
rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti
yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical
Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil
pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbondioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data
yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari
gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin
menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur
terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi
lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang
menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an
agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik
ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya. Stasiun cuaca pada awalnya,
terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur akan
dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga
panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data
diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan),
serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat,
terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang
lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi
benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh
tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan
tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling
panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah
meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju
bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang
menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan
temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5
°F) antara tahun 1990 dan 2100.
Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis.
Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali
sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko
populasi yang sangat besar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sebenarnya pemanasan global itu sudah terjadi sejak tahun 1861,
tetapi belum parah seperti sekarang. Itu menunjukan ada nya peningkatan suhu
dari tahun ke tahun, sehingga ada kemungkinan besar pemanasan global ini akan
semakin parah di masa depan.
3.2 Saran
Seperti yang kita tahu, sampai saat ini tidak ada yang bisa
mencegah pemanasan global, tetapi kita sebagai generasi muda harus berusaha
untuk mengurangi jalannya pemanasan global. Dengan hal yang sangat kecil saja,
seperti selalu menggunakan kertas di kedua sisinya, matikan keran saat
menggosok gigi, menggunakan kembali amplop bekas, gunakan baterai isi ulang,
dll.
CONTOH KARYA TULIS SEMI ILMIAH
Ada Kecelakaan
Tunggal, Tol Cawang-Bekasi Macet 14 Km
Jakarta - Kemacetan sepanjang 14 km terjadi di Tol Cikampek
dari arah Cawang menuju Bekasi. Kemacetan ini diakibatkan kecelakaan tunggal
yang terjadi di bahu jalan di KM 14.
"Kecelakaan tunggal di tol Cikampek KM 14, terjadi pada sekitar pukul
19.30 WIB. Imbasnya kepadatan terjadi sejak dari Cawang hingga titik
kecelakaan, sepanjang 14 km," ujar petugas Jasamarga Fajar, kepada
detikcom, Jumat (11/10/2013).
Belum ada laporan mengenai jenis kendaraan, kronologis kecelakaan, maupun
korban akibat kecelakaan tunggal tersebut. Fajar melaporkan, jalur sebaliknya
yaitu dari arah Bekasi-Cawang juga mengalami kepadatan dari Cikarang Utama
sampai gerbang Cikunir.
"Karena ada antrean di pintu masuk Cikunir," lanjutnya.
Ayo Jangan Malas Cuci Tangan
Menjaga kesehatan tubuh bisa dimulai
dari hal-hal yang paling sderhana. Mencuci tangan misalnya. Mulai sekarang
jadikan cuci tangan sebagai bagian dari gaya hidup Anda.
Tangan adalah organ tubuh yang
paling vital untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Dari tangan inilah akan
tercipta karya-karya indah. Namun, dari tangan jugalah berbagai penyakit bisa
menular.
Tanpa disadari aktivitas sehari-hari
membuat tangan selalu bersentuhan dengan benda-benda, mulai pulpen, keyboard
computer, gagang pintu dan benda-benda lain. Semenara itu, kita tidak pernah
tahu, apakah benda-benda yang kita pegang tersebut bebas kuman dan virus?
Nah, untuk mencegah bakteri atau
virus berpindah ke dalam tubuh, ada baiknya lakukan cui tangan, khususnya
sebelum dan sesudah makan. Ditengah maraknya berbagai virus baru belakangan
ini, cuci angan menjadi salah satu senjata dasar untuk mengatasinya.
Manfaat cuci tangan untuk kesehatan
memang sudah diakui. Namun, masih banyak orang yang enggan melakukannya.
Padahal, seiring aktivitas yang Anda lakukan, tangan pun akan dipenuhi kuman,
bakteri, dan virus yang sudah siap memasuki tubuh Anda.
Tak harus masuk melalui mulut, tapi
bisa melalui mata atau hidung. Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak
tangan ke tangan, termasuk demam biasa (common cold), flu dan beberapa
kelainan system pencernaan seperti diare.
Cuci tangan juga diwajibkan sebelum
dan sesudah menyiapkan makanan, terutama sebelum dan secepatnya setelah
memegang daging mentah, ayam atau ikan. Mencuci tangan juga menjadi sangat
penting sebelum makan, setelah menyentuh hidung, setelah batuk atau
bersin ke tangan, sebelum atau setelah menangani luka atau sayatan, sebelum
atau sesudah menyentuh orang sakit atau terluka.
Dan yang tidak kalah penting adalah
setelah menangani sampah. Mencuci tangan dapat mencegah sakit pada anak. Utuk
itu, biasakan cuci tangan pada anak sejak dini. Untuk membiasakan anak mencuci
tangan, berikan contoh. Cucilah tangan bersama anak.
SUMBER:
https://ramiandiakbari.wordpress.com/2013/10/20/333/
http://carideny.blogspot.com/2013/10/artikel-dengan-ragam-bahasa-ilmiah-semi.html
http://puputri-rumahtugas.blogspot.com/2013/10/karya-tulis-ilmiah-semi-ilmiah-non.html